After doing this same job with this same tittle and same routines, I decided that I must love this Job :) Better late than never, am I ?
Dan kemarin sore, setelah visit ke kantor salah satu prospect customer, gue akhirnya bisa menyimpulkan setidaknya gue punya lima jenis customer:
a. The Family Man
tipe yang pertama ini biasanya bapak2 atau ibu2 yang udah seumur orang tua gue sendiri. Mungkin karena dia menganggap gue seumur anaknya, mereka jadi lebih terbuka dalam memberikan informasi. Bahkan mereka akan membiarkan kita involved dalam aktivitas mereka sehari2. Seperti nongkrong di kafe, jemput anaknya sekolah. Atau cerita mengenai pengalaman liburan mereka :) This customer type is my favorite :)
b. The Terrorist
Bukan teroris beneran, tapi customer2 ini memang seneng neror. Bisa neleponin sehari sampai tiga kali kalau proposalnya sedang kita proses, dan bisa follow up kita sampai di luar jam kantor even week end. Tapi sebenernya type yang seperti ini ternyata cukup setia dan jarang pindah ke Bank lain lho.... So, kalau ngadepin customer kaya gini, sebisa mungkin kasih update terbaru (sebelum di-follow up) dan angkat aja teleponnya (inget untuk tarik nafas panjang dulu sebelumnya...)
c. The Demanding
Seperti jenisnya, customer ini memang demanding sekali. Sedikit2 komplain, minta ini minta itu. Tapi kalau kita bisa fulfill kebutuhannya dengan cepat, kalau kita butuh apa2 juga dia akan berusaha penuhin secepat dia bisa. Yang jelas bikin kita bisa kerja cepat. Dan jangan lupa, ini tipe customer yang setia juga lho...
d. The Quieter
Not a quiter, diam-diam menghanyutkan. Customer ini ga banyak komplain. Kadang setelah selesai proses kredit yang ditutup dengan akad kredit. Customer ini seperti menghilang ditelan bumi. Kalau kita ga telepon, dia ga akan telepon kita. Menyenangkan kelihatannya, karena sama sekali tidak merepotkan. Tapi..hati-hati... jangan sampai kita lengah, karena kalau lama kita ga telepon dia, bisa-bisa tahun depan dia sudah di-take over oleh Bank lain...
e. The "Jaim"
Ini customer yang paling gue sebel. Mereka biasanya kaku dan jaim banget. Akan bersikap formal dari awal sampai akhir meeting. Mereka ga mau kasih informasi yang blak2an yang bikin gue susah untuk mendefinisikan kebutuhan mereka dan merancang jenis modal kerja untuk mereka. Kalau ketemu obrolannya selalu formal. Gue beberapa kali ketemu customer jenis ini. Biasanya memang orang2 yang biasa kerjasama dengan institusi2 formal, sehingga mereka biasanya berhadapan dengan birokrasi. Kalau sudah begini, gue terpaksa ikutin flownya. Gue juga harus bersikap formal. Kadang2 mereka ngomongnya tuh lambat banget sampe gue ga sabar untuk nunggu kalimat berikutnya. Dalam situasi kaya gitu gue bahkan pernah ngebayangin gue akan joget2 sambil nungguin dia ngomong kalimat berikutnya, saking lamanya. Padahal gue kan masih banyak kerjaan dan harus balik ke kantor. Atau ada lagi ciri2nya, mereka akan ngomong sambil memejamkan mata kalau harus mengingat2 sesuatu. hahaha... drama queen banget yah...
Kalau udah begitu gue ngebayangin seandainya pas dia merem gitu terus pas dia buka mata gue udah ga ada di depannya, gimana perasaannya yah....
Dan kemarin sore, setelah visit ke kantor salah satu prospect customer, gue akhirnya bisa menyimpulkan setidaknya gue punya lima jenis customer:
a. The Family Man
tipe yang pertama ini biasanya bapak2 atau ibu2 yang udah seumur orang tua gue sendiri. Mungkin karena dia menganggap gue seumur anaknya, mereka jadi lebih terbuka dalam memberikan informasi. Bahkan mereka akan membiarkan kita involved dalam aktivitas mereka sehari2. Seperti nongkrong di kafe, jemput anaknya sekolah. Atau cerita mengenai pengalaman liburan mereka :) This customer type is my favorite :)
b. The Terrorist
Bukan teroris beneran, tapi customer2 ini memang seneng neror. Bisa neleponin sehari sampai tiga kali kalau proposalnya sedang kita proses, dan bisa follow up kita sampai di luar jam kantor even week end. Tapi sebenernya type yang seperti ini ternyata cukup setia dan jarang pindah ke Bank lain lho.... So, kalau ngadepin customer kaya gini, sebisa mungkin kasih update terbaru (sebelum di-follow up) dan angkat aja teleponnya (inget untuk tarik nafas panjang dulu sebelumnya...)
c. The Demanding
Seperti jenisnya, customer ini memang demanding sekali. Sedikit2 komplain, minta ini minta itu. Tapi kalau kita bisa fulfill kebutuhannya dengan cepat, kalau kita butuh apa2 juga dia akan berusaha penuhin secepat dia bisa. Yang jelas bikin kita bisa kerja cepat. Dan jangan lupa, ini tipe customer yang setia juga lho...
d. The Quieter
Not a quiter, diam-diam menghanyutkan. Customer ini ga banyak komplain. Kadang setelah selesai proses kredit yang ditutup dengan akad kredit. Customer ini seperti menghilang ditelan bumi. Kalau kita ga telepon, dia ga akan telepon kita. Menyenangkan kelihatannya, karena sama sekali tidak merepotkan. Tapi..hati-hati... jangan sampai kita lengah, karena kalau lama kita ga telepon dia, bisa-bisa tahun depan dia sudah di-take over oleh Bank lain...
e. The "Jaim"
Ini customer yang paling gue sebel. Mereka biasanya kaku dan jaim banget. Akan bersikap formal dari awal sampai akhir meeting. Mereka ga mau kasih informasi yang blak2an yang bikin gue susah untuk mendefinisikan kebutuhan mereka dan merancang jenis modal kerja untuk mereka. Kalau ketemu obrolannya selalu formal. Gue beberapa kali ketemu customer jenis ini. Biasanya memang orang2 yang biasa kerjasama dengan institusi2 formal, sehingga mereka biasanya berhadapan dengan birokrasi. Kalau sudah begini, gue terpaksa ikutin flownya. Gue juga harus bersikap formal. Kadang2 mereka ngomongnya tuh lambat banget sampe gue ga sabar untuk nunggu kalimat berikutnya. Dalam situasi kaya gitu gue bahkan pernah ngebayangin gue akan joget2 sambil nungguin dia ngomong kalimat berikutnya, saking lamanya. Padahal gue kan masih banyak kerjaan dan harus balik ke kantor. Atau ada lagi ciri2nya, mereka akan ngomong sambil memejamkan mata kalau harus mengingat2 sesuatu. hahaha... drama queen banget yah...
Kalau udah begitu gue ngebayangin seandainya pas dia merem gitu terus pas dia buka mata gue udah ga ada di depannya, gimana perasaannya yah....
Comments