Skip to main content

Her Day


Ting..ting..,” terdengar dentingan bel yang terpasang di pintu masuk kedai Cupcakes Heaven. Pertanda ada customer yang datang, Inge bangkit dari duduknya, matanya melirik ke arah jam tangan silver yang melingkar manis di lengannya. Hadiah ultah dari mantan pacarnya alias Mas Nugie, suaminya. Jam 7.15 malam, kedainya sudah tutup sejak satu jam yang lalu, namun memang biasanya Inge baru pulang sekitar pukul 8 untuk mempersiapkan pesanan cupcakes untuk keesokan harinya.

Seorang pemuda kira-kira berusia 20-something, berkemeja biru muda dan jeans hitam masuk ragu-ragu ke dalam kedainya. Inge tersenyum melihatnya. Wajah pemuda itu mirip salah satu personil SM*SH, atau memang jaman sekarang semua anak mudanya mukanya seragam seperti itu. “ Maaf, ini sudah tutup yah atau masih bisa menerima pesanan ?” tanyanya ragu-ragu.

Ada yang bisa dibantu, Mas?” tanya Inge ramah.

Anak muda itu terlihat lega dan menghampiri counter display cupcakes yang dihias cantik milik Inge.

Bisa banget, Mbak. Saya disuruh mama beli cupcakes buat keponakan saya yang ulang tahun. Tapi terus terang, seumur hidup baru sekali ini saya beli cupcakes. Jadi mohon petunjuknya kira-kira cupcakes rasa apa yang pasti disuka sama anak umur lima tahun?” katanya sambil nyengir lebar.

Inge tertawa mendengar kata-kata pemuda itu yang mengalir dengan derasnya. Apalagi wajah pemuda itu yang terlihat jujur sedikit polos sedikit jenaka. She likes this guy. Inge mengulurkan tangannya.

Saya Inge, pemilik kedai ini.”

Saya Leo, Mbak Inge. Pengunjung kedai ini,” katanya lucu, menyambut uluran tangan Inge. Keduanya pun tertawa sambil seakan-akan sudah saling mengenal untuk waktu yang lama.

Cupcakes saya ada beberapa jenis. Ada yang rasa coklat, vanila, butter cream, red velvet. Tapi kelihatannya untuk anak umur lima tahun kamu ambil yang coklat dan vanila aja, toppingnya cream chesee pake sprinkle atau coklat chip.”

Leo termangu mendengar penjelasan Inge. “ Saya cuma perlu 3 lusin saja. Mungkin saya ambil yang 2 lusin rasa coklat dan 1 lusin vanila, toppingnya di mix saja antara cream chesse dengan sprinkle dan coklat chip.”

Inge segera menyuruh Anti asistennya mempersiapkan pesanan Leo. Mempersilakan Leo duduk di Cupcakes Bar dan menyajikan red velvet di piring putih kecil di hadapan Leo. Wangi cupcakes yang baru keluar dari oven memenuhi ruangan.

Compliment dari Cupcakes Heaven,” ujar Inge. “Ditunggu sebentar yah, mau minum apa ?” tanya Inge, tersenyum melihat mata Leo yang berbinar-binar melihat cupcakes di hadapannya. Leo memandang daftar menu di hadapannya, “ black coffee no sugar saja,” ujarnya.

No sugar?” tanya Inge meyakinkan. Leo menganggukan kepalanya, “ Ya. Kenapa?”

Inge tertawa kecil, “ Kok sama kayak aku, suka kopi hitam tanpa gula.”

Oh yah?” kata Leo,” akhirnya ketemu juga sama soul mate, yang sama-sama kuli bangunan..hahaha..”

Bukan kuli bangunan, tapi dukun..” kata Inge mengoreksi. Keduanya tertawa.

Duduk sini,Mbak Inge.,” kata Leo sambil menunjuk bar stool kosong di sebelahnya. “ Ga enak. Aku duduk,Mbak Inge berdiri terus,”

Ga pa-palah, aku kan sambil beresin ini,” kata Inge. Dan percakapanpun mengalir tanpa mereka sadari sudah hampir satu jam mereka bercakap-cakap. Ternyata Leo adalah seorang fresh graduate dari sebuah Universitas di Australia dan saat ini meneruskan usaha papanya yang bergerak di bidang supplier untuk perusahaan Oil and Gas. Tanpa sadar Inge pun mulai bercerita mengenai putri tunggalnya Sasya yang baru berusia 3 tahun.

Inge melirik ke pantry, pesanan cupcakes milik Leo sudah siap sejak tadi. Namun rasanya dia enggan menghentikan percakapannya dengan Leo. Senang sekali rasanya bisa bercakap-cakap dengan seseorang seperti ini. Selama ini hidupnya hanya seputar rumah, sekolah Sasya dan Kedai Cupcakes. Akhirnya Inge mengambil 3 boks berisi cupcakes tersebut dan meletakannya di hadapan Leo.

Rumah kamu dimana, Leo?” tanya Inge basa basi.

Rumah orang tuaku ga jauh kok, di Pondok Cabe situ. Malu yah masih tinggal sama ortu, tapi aku tinggal di paviliun sebelahnya. Aku dikasih tau tempat ini sama temenku. Dia pernah pesan di sini waktu keponakannya ulang tahun.”

Ooh, aku emang sering terima order buat ultah. Kalau kamu pesan jauh-jauh hari sebelumnya, aku bisa bikinkan cupcakes yang special buat keponakanmu.”

Nanti kalau aku ulang tahun aja, Mbak Inge.” kata Leo, ada setitik cream cheese dari topping red velvetnya yang melekat di bibirnya. Spontan Inge mengulurkan tangannya ke arah wajah Leo. Leo terdiam kaku, salah tingkah. Inge pun tersadar kalau baru saja mengenal Leo. Namun entah kenapa tiba-tiba sosok Leo terasa sangat familiar di matanya.

Ups sorry, itu ada krim di dekat bibirmu,” Kata Inge minta maaf, suasana hening. Dalam hati Inge sedikit menyesali tindakannya. Sementara Leo buru-buru mengambil tisu membersihkan bibirnya.

Enak banget kuenya, Mbak Inge. Pengalaman pertama makan cupcakes, dapat cupcakes yang paling enak sedunia. Mbak Inge hebat deh, sudah cantik cupcakesnya enak lagi ” katanya memuji.

Inge tersipu malu. Leo bangkit dari duduknya, mengambil ketiga boks cupcakes dan mengulurkan lembaran ratusan ribu pada Inge.

Ma kasih, Mbak Inge. Aku pamit yah, kapan-kapan aku boleh mampir lagi kan?”

Boleh banget,” kata Inge sambil cepat menambahkan, “ ajak keponakan-keponakanmu sekalian.”

Sip, bye, Mbak Inge.” Kata Leo sambil berjalan menuju pintu dan menghilang di baliknya.

Inge kembali meneruskan pekerjaan, menyiapkan topping untuk beberapa cupcakes pesanannya sambil menunggu Mas Nugie menjemputnya. Pertemuan yang sebentar dengan Leo, membuat dia merasa muda kembali. Keceriaan Leo dan percakapan serta pujian dari Leo membuatnya bersemangat, membuatnya seperti kembali ke jaman kuliah dulu. Inge berusaha mengingat-ingat, kapan terakhir Mas Nugie memujinya.

Tring,” terndengar suara notification pesan masuk dari instant messenger smartphonenya. Inge membuka pesan yang masuk, dari Nugie_K.

De, aku mungkin baru jam 9 dari kantor. Kamu pulang saja sama driver. Ketemu di rumah aja yah. Salam untuk Sasya.”

Inge menghembuskan nafas kesal. Another overtime, padahal tadi Mas Nugie sudah berjanji akan menjemputnya dari kedai.

Okay, Mas. Take care.” balas Inge.

I love you,” reply Nugie.

Inge terdiam membacanya, ingin dia mengetikan kalimat yang sama. Namun urung dilakukannya. Tiba-tiba bayangan wajah Leo muncul di benaknya.

Comments

Popular posts from this blog

A Busy Week-end

Tadinya gue berharap week-end ini bisa berleha-leha dengan segala kesantaiannya. Bisa yoga, masak buat anak-anak plus jalan2 di mall. Ternyata..oh..ternyata. Gue malah sibuk sesibuk-sibuknya. SATURDAY Keluarga tante gue empat orang kena DBD, so...sabtu kita sibuk tour de hospital. Pertamanya ke RSPC lanjut ke RSPI. Niat mau ke PP finally ended up di Pho Hoa 24 seberang RSPI. SUNDAY Mewujudkan pergi ke PP bareng anak2 Penasaran pengen liat outlet yamaha di sana Lumayan keren namanya Beat Spot yang bener-bener perwakilan Yamaha Jepang Nemenin boys playing around with drum Lihat Barongsay sebentar Ade gue nelepon mau ngajakin ke Living World Berhubung udah lama juga ga ketemu, akhirnya kita berdua pasrah dijemput sama mobil barunya... :) Lumayan pegel 2 jam jalan-jalan di Ace Hardware dan informa yang katanya paling gede sepulau Jawa... reallly??? Beli tempat sampah besar yang ada rodanya Alam sutera ujan-ujan gini lumayan dingin dan gue malah tertarik sama cafe-cafe di seberang mallnya. ...

Bad Boy We Love

Yes, I'm a big fan of Hugh Grant. Love every movie he played. Love his bad boy style and his sexy british accent... My favorite is when he's starring in " Music and Lyrics " What's yours? Nite-nite

Hey, We're Moving

Visit Me Now @ www.mytravelogid.blogspot.com