GerrySantoso: Yes. Best effort. Besok sudah pasti
PrincessBella:Why?
GerrySantoso: will be finish at 10 PM. Besok harus stand by golf jam 6 di Bogor.
PrincessBella: Writer's Blocked. I need you.
GerrySantoso: I'll try to stop by. Bobo aja dulu. Aku meeting lagi yah
PrincessBella: Thank You, I love you.
GerrySantoso: I Love you too...
Bella tersenyum, otomatis men-delete conversationnya. Dadanya berdebar kencang, tak sabar. Membayangkan Gerry Santoso, seorang CEO sekaligus pemegang saham sebuah perusahaan property besar. Setiap pertemuannya dengan Gerry seperti menjadi candu baginya. Seakan tak pernah terpuaskan, ingin lagi, lagi dan lebih lama lagi. Padahal ini adalah tahun kelima sejak mereka pertama kali bertemu di acara launching sebuah produk investasi yang diadakan oleh kantor tempat Tanya bekerja, di sebuah ball room hotel besar di bundaran HI. Bella yang terlambat datang tidak sengaja turun dari mobil bersamaan dengan Gerry yang juga keluar dari sedan hitamnya. Ketika mata mereka bertemu, otomatis Bella tersenyum dan mengganggukan kepalanya ke arah Gerry. Sementara Gerry membalas senyumannya sambil mengagumi keanggunan Bella. Menjajari langkah Bella dan mengulurkan tanggannya.
“ Selamat malam, Saya Gerry.” katanya formal.
“ Selamat malam, saya Bella. “ katanya sambil membalas uluran tangan Gerry. Setengah tak percaya dia sedang berjabat tangan dengan sosok yang biasa menghiasi majalan high end ibukota. Sudah lama dia mengagumi sosok ini, sosok yang mungkin usianya hampir seumur dengan ayahnya. Tokoh sukses bertangan dingin yang selalu bisa menjadikan satu wilayah yang tadinya tidak dilirik siapapun, menjadi kawasan perumahan dengan harga tanah yang berlipat-lipat.
Malam itu, Gerry terlihat jauh lebih muda dibandingkan foto-fotonya di majalah atau surat kabar. Bella ingat pernah suatu hari membaca majalah bersama dengan Tanya saat itu ada artikel membahas Gerry. Di situ Gerry mengenakan kemeja putih tangan panjang berfoto di belakang meja kerjanya. Dia menunjuk foto Gerry,” Ini baru laki-laki. Dewasa, sukses, kelihatannya baik. Pasti dia orangnya tegas tapi lembut hatinya.” Waktu itu Tanya hanya tertawa mendengarnya, “ Ya ampun, Bella. Itu sih ABG Angkatan Babe Gue..hahahaha.”
Kemudian keduanya tertawa. Siapa yang menyangka, setahun kemudian Gerry Santoso menjadi sosok yang paling dekat dengan Bella.
Bella terbangun ketika sebuah tangan mengelus pipinya,“ Princess, bangun...”
Bella tersenyum mengantuk,” Hi Baby, baru datang?” matanya melirik ke arah jam di dinding. Sudah jam 11. Bella memeluk Gerry erat, merebahkan kepalanya di dada bidang Gerry. Bau khas parfum Gerry tercium lembut di hidungnya.
“ I miss you, baby,” kata Bella lembut. Gerry balas memeluk Bella erat,” I miss you too.”
Bella meregangkan pelukannya, memandangin wajah Gerry dari dekat. Mendekatkan bibirnya ke bibir Gerry. Tiba-tiba Gerry menciumnya cepat, melepaskan pelukannya
“ Hush..aku cuma punya waktu satu jam. Besok harus golf jam 6. Katanya mau nulis, ayo aku temenin.”
“ Ga bisa berangkat dari sini aja golfnya?” tanya Bella manja.
Gerry tersenyum,” Kamu tahu kan kalau itu tidak mungkin, Princess. Eh aku tadi minta tolong Warto turun di mini market apa itu yang kata kamu banyak ABGnya. Aku beliin kamu Hot Dog besar full of keju dan chillies.”
“ Hm...yummy. Bener yah temenin aku nulis.”
Setelah menghabiskan hot dognya. Bella membuka kembali netbooknya dan mulai mengetik di atas tempat tidur nya dengan Gerry yang memeluknya dari belakang. Dua jam pun berlalu, Bella mematikan notebooknya. Gerry sudah mendengkur pelan di sampingnya. Ingin rasanya Bella memeluknya dan melewatkan malam ini dengannya. Namun dia tahu, dia tidak bisa meminta terlalu banyak. Ini konsekuensi hubungan ini. Dan Bella tidak ingin mengakhirinya.
“ Baby, wake up.” Bella menggoyangkan tubuh Gerry pelan. Gerry membuka matanya perlahan, “ Ups, sorry aku ketiduran. Are you finish?”
“ It's Okay, darling. Sudah jam 1. Artikel sudah aku send.”
“ Aku pulang yah, princess.”
“ Thanks sudah nemenin,” kata Bella pelan. Mengecup lagi bibir Gerry dengan lembut sebelum menutup pintu apartemennya. Melepas kepergian Gerry ke tempat dimana dia seharusnya berada.
That's her life, she couldn't ask for more.
Comments